Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein

METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN


MAKALAH
BAHASA ANAK USIA DINI 3
“METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN”


OLEH
KELOMPOK 5 :

1. Desmawati Roza           ( 1300672 )
2. Gita Ollyvia                   ( 1300690 )
3. Nesi Yuli Safitri             ( 1300719 )
4. Wenny Anggraini           ( 1300720 )
5. Yolin Revalina Amran  ( 1300733 )
6. Latifha Hilma                ( 1300752 )
7. Isti Nadya Septian         ( 1305227 )

Dosen Pembimbing :  Asdi Wirman, S.Pd.I



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan, tanpa adanya pendidikan seorang anak tidak bisa berkembang. Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagian hidup, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan suatu proses  atau upaya sadar untuk menjadikan manusia ke arah yang lebih baik. Semua tujuan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama selalu mengidealkan terciptanya sikap anak didik yang dewasa, baik intelektualnya, emosionalnya, maupun spiritualnya. Proses pendidikan yang hanya menekankan kedewasaan intelektual dan mengabaikan kedewasaan emosional dan spiritual akan memunculkan manusia yang cerdas tetapi tidak bermoral, intoleran, kurang solidaritas dan tidak humanis. Negara kita ini sekarang memang berada di tengah perjalanan masyarakat modern menuju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menimbulkan pergeseran dan perubahan masyarakat semakin cepat.
Untuk dapat membina akhlak pembelajaran Alquran terhadap anak sebagai salah satu pembinaan akhlak perlu secara terus menerus mengembangkan diri secara sistematis. Umat islam sekarang hidup pada abad yang disinari oleh pengetahuan yang telah dicapai oleh orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang teknologi. Umat islam lupa bahwa mereka mempunyai Alquran yang merupakan kitab suci yang telah memberikan pengaruh begitu luas dan mendalam terhadap jiwa manusia. Al-qur’an merupakan pedoman umat islam dan membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya sehingga sangat layak bila Al-qur’an mendapat perhatian istimewa. Sekarang ini sangat prihatin sekali, Alquran telah hilang dari pendengaran kita, jarang sekali Alquran di kumandangkan oleh di masjid dan di musollah dikarenakan Semakin hari zaman semakin berkembang, kini orang tua selalu dibayangi oleh persepsi adanya dikotomi ilmu, yaitu duniawi (sekuler) dan ilmu agama dan pada kedua ilmu itu terdapat perbedaan yang mencolok. Persepsi yang demikian ini jelas keliru menurut kaca mata islam. Menurut persepsi islam, kehidupan dunia itu amat terkait dengan kehidupan akhirat. Sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia juga sama dengan sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di akhirat.
Disisi lain ada gejala yang cukup menggembirakan bahwa arus kesadaran untuk mengaji Alquran secara bersungguh-sungguh mulai mengalir dan tumbuh dikalangan intelektual. Pendidikan adalah mempunyai pengaruh tidak terbatas karena anak usia dini di ibaratkan sehelai kertas yang masih putih bersih, yang dapat ditulisi apa saja sesuai kehendak penulis, baik buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya. Untuk itu kita semua bertanggung jawab mendidik dan memberikan penguatan-penguatan yang baik dan positif untuk kehidupannya. Kita harus berusaha mendidik anak-anak mulai dari lahir, agar mereka menjadi generasi yang berguna bagi negara khususnya agama. Dari penjelasan di atas intinya bahwa kita dalam ajaran islam ada perintah untuk mendidik anak berdasarkan agama. Sedangkan salah satu materi pendidikan agama adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca Alqur’an. Membaca Alquran itu tidak boleh asal baca dan harus hati-hati karena tidak boleh salah cara pengucapan makhrajnya, tajwidnya karena akan mempengaruhi arti dari Al-qur’an itu. Untuk itu di perlukan metode yang cocok agar anak bisa membaca Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan hukum bacaannya. Salah satu metode membaca Al-Qur’an adalah metode Iqra’. Banyak guru yang menggunakan metode ini dalam pembelajaran. Namun terkadang metode ini di anggap kurang menarik bagi anak usia dini. Untuk itu penulis menambahkan dan memodifikasi media dari metode iqra’ ini sehingga menjadi lebih menarik dan efektif.
B.     Rumusan Masalah
1)   Apa yang dimaksud dengan pembelajaran Alqur’an?
2)   Bagaimana Metode Iqra’ dalam pembelajaran Al-Qur’an?
3)   Bagaimana bentuk modifikasi Media dan Metode Iqra’?
C.    Tujuan
1)   Untuk mengetahui pengertian pembelajaran Alqur’an
2)   Untuk mengetahui Metode Iqra’ dalam pembelajaran Al-Qur’an
3)   Untuk mengetahui bentuk modifikasi Media dan Metode Iqra’



BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN PEMBELAJARAN AL-QUR’AN

Sebelum membahas tentang pembelajaran Al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran Al-Qur’an terdiri dari dua kata yakni “kata pembelajaran”dan “kata Al-Qur’an”. Kata pembelajaran yang kami analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing dan melatih anak untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan istilah pengajaran. Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus inggris elias dan Elias (1982) diartikan “to teach; to educated; to intruct; to train” yaitu mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian tersebut sejalan dengan ungkapan yang dikemukakan Syah (1996), yaitu “allamal ilma”. Yang berarti to teach atau to intruct (mengajar atau membelajarkan).
Menurut Tardik (1987), pembelajaran disebut instruction yaitu proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Dan Degeng (1989) dalam (Gafar dan Jamal, 2003: 22) mengistilahkan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar (anak didik).
Kata pembelajaran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan masalah belajar. Karena sebagai objek dari pembelajaran, maka anak didik mempunyai tugas untuk memberdayakan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Mengenai belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
a.       Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Slameto, 1999: 2).
b.      M. Arifin(1976) Dalam Ramayulis (2002: 26) menyatakan, belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menganggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disjikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang telah disajikan.
Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar yaitu:
a.       Belajar adalah aktivitas yang menghasilakn perubahan pada diri individu yang belajar, baik actual maupun potensial.
b.      Perubahan tersebut pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama.
c.       Perubahan tersebut terjadi karena usaha (Muhaimin, 1996: 45).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan diarahkan untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik. Sedangkan Al-Qur’an diambil dari bahasa arab yakni “Qara’a, Yaqro’u, Qiroatan atau Qur’anan” yang berarti menghimpun huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian yang lain secara teratur. (Muhaimin, 1994: 86). Al-Asy’ari menyatakan kata Al-Qur’an diambil dari kata Qarana yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain, karena surat, ayat dan huruf-hurufnya beriringan yang satu dengan yang lain dan ada pula yang mengatakan Al-Qur’an berasal dari kata Qara’in mengingat bahwa ayat Al-Qur’an satu sama lainnya saling membenarkan. (Zaini, 1999: 1).
Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Al-Qur’an harus dibaca dan diusahakan untuk dimengerti isinya, hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT dalam surat Shaad ayat 29:
كِتَابٌ أً؎َنْزَلْناَهُ إِلَيْكَ مُباَرَكٌ لِيَدَّبًَّرُوْاأيتِه وَلِيَتَذَكًّرُوااُولُواْلاَ لْبَابِ
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran”(QS. Shaad: 29).

Menurut istilah ini merupakan rumusan definisi Al-Qur’an yang dipandang dapat diterima oleh para ulama’, terutama oleh para ahli figh, ahli bahasa dan ushul figh. Dari pengertian tersebut bahwa membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau majalah, sebab membaca Al-Qur’an saja sudah termasuk ibadah. Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan (diiwahyukan) kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, yang merupakan mu’jizat, yang diriwayatkan secara mutawatir, yang ditulis di mushaf, dan membacanya adalah ibadah. sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya (Syarifuddin, 2004: 16)
            Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta dan petunjuk atau hidayah bagi setiap manusia muttaqin. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:
ذَالِكَ اْلكِتاَبُ لاَرَيْبَ ِفيْهِ هُدًى ِلْلمُتَّقِيْنَ
Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah: 2)
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan  bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW bukan sekedar mukjizat saja tetapi disamping itu untuk dibaca, dipahami, diamalkan, dan dijadikan sumber hidayat dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang mengandung unsur-unsur petunjuk-petunjuk bagi ummat manusia. Al-Qur’an ini diturunkan untuk dijadikan pegagang dan pedoman bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses perubahan tingkah laku anak didik melalui proses belajar  yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an tersebut terdapat berbagai peraturan yang mencakup seluruh kehidupan manusia yaitu meliputi Ibadah dan Muamalah. Ibadah adalah perbuatan yang berhubungan dengan Allah dan muamalah adalah perbuatan yang berhubungan dengan selain Allah meliputi tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan. Sehingga dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.



B.     METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN AL- QUR’AN

1.      Sejarah Metode Iqra’
Dengan metode Qiro’ati yang menggunakan pendekatan Shautiyah, Ustadz As’ad Humam menyusun dan mengeksperimentasikan Metode Iqro. Dimana dengan menggunakan metode tersebut anak-anak bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu yang relative lebih singkat dibanding Metode Baghdadiyah. Pada tahun 1991 Menteri Agama RI saat itu bapak Prof. Munawir Syadjali meresmikan metode ini sebagai metode membaca Al-Qur’an yang berlaku untuk seluruh Indonesia dengan Juz’Amma, dimana didalamnya terdapat surat-surat pendek dari al-qur’an juz 30 yang mayoritas banyak digunakan dalam ibadah sholat lima waktu dan sholat sunnah.
2.      Pencetus/penemu Metode Iqra’ serta Perkembangannya
Pencetus/ Penemu Metode Iqro’
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur’an.
Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, nama K.H. As’ad Humam sudah tidak asing lagi karena karyanya berupa metode praktis membaca Al-Qur’an serta lembaga pendidikan TKA (Taman Kanak-kanak Alqur’an) dan TPA (Taman Pendidikan AlQur’an) telah menyebar keseluruh Indonesia, ke Malaysia dan mancanegara lainnya. Bahkan di Malaysia metode Iqro ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Pria yang lahir tahun 1933 yang cacat fisik sejak remaja ini ternyata  sebagai penemu Metode Iqro yang menghebohkan banyak kalangan. Banyak para penguji  mencoba  mengadakan pengujian terhadap keakuratan  metode ini. Ternyata karena selain sererhana dengan metode iqro sangat mudah mempelajari Al-Qur’an.
Menurut Meneg, K.H. As’ad Humam yang hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setinggi SMP)  ini juga bisa disebut “pahlawan”, yakni pahlawan penjaga kelestarian Al-Qur’an dan pahlawan yang telah membebaskan jutaan anak Indonesia dari buta Al-Qur’an. Berkat hasil karyanya ini jutaan anak muslim Indonesia dengan mudah mempelajari Al-Qur’an.
Sebelum K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, methode  Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.  K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro  muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Qur’an.
Pada awal Februari  tahun 1996 dalam usia 63 tahun  sang penemu metode ini  K.H. As’ad Humam  telah dipanggil Allah SWT. Dan menghembuskan nafas terakhirnya  di Bulan Suci Ramadhan hari Jum’at(2/2) sekitar Pukul 11:30 memang, dimana sejak 14 Desember tahun l1995  ia  telah sakit dan pernah diopname di Rumahsakit Muhammadiyah Yogyakarta sekitar 2 bulan.  Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi.
Pada saat pelepasan menuju tempat peristirahatan terakhir jenazah bapak 6 anak dan kakek 10 benar-benar dikenang masyarakat luas baik masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Hal ini terbukti pada sambutan Menteri Agama RI yang saat itu Dr. H. Tarmizi Taher  yang dibacakan Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Muhda Hadisaputro SH pada  saat upacara pemakaman. Ia menjelaskan dalam pidatonya bahwa  Hasil karya K.H. As’ad Humam benar-benar sudah go internasional. Lebih lanjut oleh Menag  RI dijelaskan Metode Iqro selain sudah diterapkan di beberapa negara tetangga, semacam Malaysia, Singapura dan Brunai Darusalam.juga sudah diterjemaahkan kedalam berbagai bahasa, bahkan dilakukan penjagaan penggunaannya oleh kalangan muslimin di Amerika Serikat.
 Perkembangan Metode Iqra’
Tak mengherankan kalau metode iqro berkembang pesat. Sampai saat ini (data penulis tahun 2007) tercatat 30 ribu TKA/ TPA. Dengan santri mencapai 6 juta lebih menerapkan metode ini. Bulan Juli tahun  1995  Presiden Soeharto mewisuda ribuan santri TKA/TPA. Wakil persiden juga melakukan hal yang serupa di Yogya dalam berbagai even misalnya MTQ juga acap menampilkan santri TKA yang mendemonstrasikan kemampuan mereka membaca Al-Qur’an.
Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan  penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.
Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar YID, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan  metode ini.
3.      Pengertian Iqra’
Iqro’ ialah sebuah media pembelajaran al-qur’an dari pengenalan huruf-huruf hijaiyah yang disesuaikan berdasarkan jilid 1 sampai jilid 6. Jika dilihat dari segi arti kata iqro’ berarti bacalah, yang dapat dimaknai segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan harus berawal dari membaca. Begitu juga dengan iqro’ yang fungsinya sebagai tahap awal untuk bisa dan lancar membaca al-qur’an.
Buku Iqro’ (Humam, 2000), merupakan cara cepat belajar membaca Al Qur’an. Buku ini mempunyai 10 kelebihan yaitu bacaan langsung, bersifat CBSA, bisa digunakan secara privat atau klasikal, praktis, sistematis, variatif, komunikatif, fleksibel, bersifat modul dan asistensi.
4.      Pengertian Metode Iqra’
Metode Iqra’  adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Adapun buku panduan iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur'an. Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja dan lebih bersifat individual.
Cara belajar membaca al-Qur‟an dengan motode Iqra’ ini pernah dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan minat baca terhadap kitab suci al-Qur‟an. Meski demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga kelemahanya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya konvergensi dengan memodivikasi beberapa metode guna mendapatkan metode pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan efektif.

5.      Karakteristik Metode Iqra’
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.
Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro’ yatu :
1.      Bacaan langsung.
2.      CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
3.      Prifat
4.      Modul
5.      Asistensi
6.      Praktis
7.      Sistematis
8.      Variatif
9.      Komunikatif
10.  Fleksibe.
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
1.    TK Al-Qur’an
2.    TP Al-Qur’an
3.    Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
4.    Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
5.    Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
6.    Digunakan di majelis-majelis taklim
6.      Prinsip dan Sistematika Metode Iqra’

Prinsip Metode Iqra’
Prinsip-prinsip dasar metode Iqra'  terdiri dari lima  tingkatan pengenalan yaitu:
1.      Tariqat Asshautiyah (penguasaan atau pengenalan bunyi)
2.      Tariqat Adtadrij (pengenalan dari yang mudah pada yang sulit)
3.      Tariqat Biriyadhotil Athfal (pengenalan melalui latihan-latihan dimana lebih menekankan pada anak didik untuk aktif)
4.      Attawassuk Fi Maqosid La Fil Alat adalah pengajaran yang berorientsi pada tujuan bukan pada alat yang dipergunakan untuk menacapi tujuan itu. Yakni anak bisa membaca Al-qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kaidah tajwid yang ada
5.      Tariqot Bimuraat Al Isti'dadi Wattabik adalah pengajaran yang yang harus memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi dan watak anak didik (Budiyanto, 1995:15)
Sedangkan sifat metode Iqra' adalah bacaan lansung tanpa di eja, artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah. Dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Tujuan dari pengajaran Iqra' adalah untuk menyiapkan anak didik menjadi generasi yang qur'ani yaitu generasi yang mencintai Al-Qur'an, komitmen dengan Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. Sedangkan target operasionalnya adalah sebagai berikut:
1.    Dapat membaca dengan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid
2.    Dapat melakukan sholat dengan baik dan terbiasa  hidup dalam suasana yang islami
3.    Hafal beberapa surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari
4.    Dapat menulis huruf Al-Qur’an (Human As’ad Dkk, 1993:14)
Sistematika Metode Iqro’
Buku Iqro’ yang kemudian di tengah masyarakat dikenal dengan istilah “Metode Iqro” ini disusun dalam enam jilid. Berikut ini adalah isi materi dari masing-masing jilid, yaitu :
a.       Jilid 1
Pelajaran pada jilid 1 ini seluruhnya berisi pengenalan bunyi huruf tunggal berharokat fathah
b.      Jilid 2
Pada jilid 2 ini diperkenalkan dengan bunyi huruf-huruf bersambung berharokat fathah. Baik huruf sambung di awal, di tengah maupun di akhir kata
c.       Jilid  3
Pada jilid 3 ini barulah diperkenalkan bacaan kasroh, kasroh dengan huruf bersambung, kasroh panjang karena diikuti oleh huruf ya sukun, bacaan dhommah, dan dhommah panjang karena diikuti oleh wawu sukun
d.      Jilid 4
Pada jilid 4 diawali dengan bacaan fathah tanwin, kasroh tanwin, dhommah tanwin, bunyi ya sukun dan wawu sukun, mim sukun, nun sukun, qolqolah dan huruf-huruf hijaiyah lainnya yang berharokat sukun
e.       Jilid 5
Isi materi jilid 5 ini terdiri dari cara membaca alif-lam qomariah, waqof, mad far’i, nunsukun/tanwin menghadapi huruf-huruf idzghom bighunah, alif-lam syamsiyah, alif-lam jalalah, dan cara membaca nun sukun/tanwin menghadapi huruf-huruf idzghom bilaghunah
f.       Jilid 6
Isi jilid ini sudah memuat idzghom bighunnah yang diikuti semua persoalan-persoalan tajwid. Pokok pelajaran jilid 6 ini ialah cara membaca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf, cara membaca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf iqlab, cara membaca nun sukun/tanwin bertemu huruf-huruf ikhfa, cara membaca dan pengenalan waqof, cara membaca waqof pada beberapa huruf/kata yang musykilat dan cara membaca huruf-huruf dalam fawatihussuwar.

7.      Kekurangan dan Kelebihan Metode Iqra’
Kelebihan metode Iqra’:
1)        Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan dan latihan guru agar buku iqra’ ini dapat dipahami dengan baik oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik dan benar.
2)        Cara Belajar siswa aktif (CBSA). Menuntut siswa yang  aktif bukan guru. Siswa diberikan contoh huruf yang telah diberi harakat sebagai pengenalan di lembar awal dan setiap memulai belajar siswa dituntut untuk mengenal huruf hijaiyah tersebut. Pada permulaan, siswa langsung membaca huruf-huruf tersebut secara terpisah-pisah untuk kemudian dilanjutkan ke kata dan kalimat secara gradual. Jika terjadi kesalahan baca, guru memberikan kode agar kesalahan tersebut dibenarkan sendiri dengan cara mengulang bacaan.
3)        Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru untuk mendapatkan bimbingan langsung secara individual. Jika pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan menggunakan buku Iqra’ klasikal. Dapat diterapkan secara klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun kelompok dengan cara tutor sebaya (siswa yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang jilidnya masih rendah).
4)        Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya. Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru dengan melalui ujian.
5)        Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif, seperti dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan.
6)        Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan cerita dan nyanyian religius sehingga siswa tidak merasa jenuh.
7)        Menggunakan bahasa secara langsung sehingga lebih mudah diingat. Selain itu siswa tidak diperkenalkan huruf hijaiyah terlebih dahulu dengan asumsi menyita banyak waktu, dan menyulitkan siswa. Oleh karena itu metode Iqra’ bersifat praktis sehingga mudah dilakukan.
8)        Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
9)        Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan bukunya mudah di dapat di toko-toko.
Kekurangan Metode Iqra’:
1)      Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
2)      Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
3)      Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak diperkenalkan dari awal pembelajaran.
4)      Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu tajwid.

8.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Iqra’
Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu memiliki metode tersendiri, namun secara umum metode pelaksanaan pembelajran untuk membuka pembelajran itu sama, seperti pemasangan niat, berdoa, berwudhu dan lain-lain, namun dalam kegiatan intinya yang memilki teknik-teknik atau langkah-langkah masing-masing yang berbeda setiap metode pembelajaran.
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangusng melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.    Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya.
2.     Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/uztadzah dan demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk mengajarkan makhorijul huruf serta menhindari kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk melihat apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya atau belumAth Thoriqoh Bil Kalaamish Shoriih, yaitu ustadz/ustadzah harusmenggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif.
9.      Penerapan Metode Iqro’ Dalam Mengenalkan Huruf Hijaiyah Pada Anak Usia Dini
Pembelajaran  Al-Qur’an,  khususnya  kemampuan  membaca  Al-Qur’an sebaiknya  diajarkan  kepada  anak  sejak  usia  dini.  Dalam  mengajarkan membaca  Al-Qur’an  guru  dapat  menggunakan  metode  yang  bermacam-macam. Salah  satu  metode  membaca  Al-Qur’an  adalah  metode  iqro’.  Menurut  Menteri Agama RI (1991)  Metode iqro’ yaitu cara cepat belajar membaca Al-Qur’an. Pada  masa  anak-anak  harus  mulai  diperkenalkan  pada  pendidikan  Al-Qur'an dengan tahap dasar pengenalan huruf  hijaiyah  pada anak, karna Al-Qur’an yang  menjadi  pegangan  dan  pedoman  di  dalam  kehidupannya  nanti,  sehingga ketika dewasa tidak kehilangan pegangan dan pedoman. Maka dari itulah untuk membaca Al-Qur’an, kita harus mengenal huruf-huruf  hijaiyah  pada anak sebagai membaca Al-Qur’an, kita harus mengenal huruf-huruf  hijaiyah  pada anak sebagai dasar pembelajaran Al-Qur’an. Dengan metode iqro’ diharapkan lebih memudah guru dalam mengenalkan  huruf hijaiyah hingga  tahap membaca Al-qur’an  pada anak.
Menurut  Yuliani  (2011:55), “Pada  hakikatnya  anak  adalah  makhluk individu  yang membangun  sendiri  pengetahuannya”.  Maksudnya orang  tua  dan guru perlu memperhatikan perkembangan anak dalam membangun pengetahuannya sendiri. Anak  usia  dini merupakan  anak  yang  sedang  beradadalam  proses  perkembangan,  baik  perkembangan  nilai-nilai  agama  dan  moral,fisik, kognitif, bahasa, maupun sosial dan emosional.
Menurut  Menteri  Agama  RI  (1991)“Metode  iqro’  adalah  cara  cepatbelajar membaca Al-Qur’an”.  Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduaniqro’ terdiri dari  6  jilid  di  mulai dari tingkat  yang sederhana, tahap  demi  tahapsampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode  iqro’  ini  dalam  prakteknya  tidak  membutuhkan  alat  yangbermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’andengan  fasih).  Bacaan  langsung  tanpa  dieja.  Artinya  diperkenalkan  nama-nama huruf   hijaiyah  dengan  cara  belajar  siswa  aktif  (CBSA)  dan  lebih bersifat individual.
Tujuan  dari  metode  iqro'  adalah  untuk  menyiapkan  anak  didik  menjadigenerasi yang qur'ani yaitu generasi yang mencintai Al-Qur'an, komitmen denganAl-Qur'an dan menjadikannya sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari.
Pentingnya  pembelajaran  Al-Qur’an  bagi  anak  dalam  proses  perubahantingkah laku anak didik melalui proses belajar yang berdasarkan pada nilai-nilaiAl-Qur’an.  Dimana  orangtua  menjadi  peranan  penting  dalam  pendidikan  anakdalam  belajar  membaca  Al-Qur’an  dengan  tahap  dasar  pengenalan  huruf-hurufhijaiyah pada anak usia dini salah satunya melalui dengan metode iqro’
Langkah-langkah  penerapan  metode  iqro’  yang  di  terapkan  di  PAUDadalah menata  ruangan,  mempersiapkan  bahan  main  atau  media  belajaryang  akan  di  gunakan  dalam  pembelajaran,  misalnya  buku  iqro’,  puzzle  hurufhijaiyah,  buku  tulis dan  pensil  yang  akan  di  gunakan  anak-anak  untuk  menulisatau menebalkan huruf  hijaiyah.
Sebelum anak membaca huruf  hijaiyah  di buku iqro’, guru terlebih dahulumengenalkan beberapa huruf  hijaiyah  dengan menuliskan huruf  hijaiyah  di papan tulis. Setelah guru mengenalkan huruf  hijaiyah  anak satu persatu maju ke depanuntuk menulis satu huruf  hijaiyah  yang di suruh guru.
Dengan  diterapkan  metode  iqro’  ini  diharapkan  kemampuan  anak  dapat berkembang sesuai harapan  karena  kemampuan  anak dalam  suatu pembelajaranberbeda-beda, hal ini berhubungan dengan pendapat yang diutarakan oleh Taylor,2008:13  (dalam  Nusa  Putra  dan  Ninin  Dwilestari,  2012:5)  bahwa  sel  otak  kitasama,  tetapi  koneksinya  berubah  sepanjang  waktu  berdasarkan  pengalaman.  Ini berarti, meski ketika dilahirkan anak memliki potensi  yang sama, tetapi ia akan memiliki  perbedaan  satu  sama  lain  karena  pengalaman  dan  perlakuan  yangditerima dan dijalaninya berbeda.

C.    Modifikasi Media Iqra’ dan Metode Iqra’

Metode Iqra’  adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Namun biasanya penggunaan metode ini hanya menggunakan media buku kecil (iqra’ dari jilid 1-6) dengan langsung dengan latihan membaca sehingga hal tersebut akan membuat anak bosan dan kurang tertarik ata bahkan merasa terpaksa dalam pembelajarannya. Untuk itu penulis memodofikasi metode ini dengan mengkolaborasikan dengan metode bermain dan tanya jawab. Tidak hanya itu, kami juga memodifikasi media buku pada Iqra’ ke dalam bentuk kubus dan puzzle sehingga anak akan merasa tertarik dalam mempelajari Alqur’an.

1)      Media Puzzle
Deskripsi Media
Rokhmat (2006:50) menyatakan, “Puzzle adalah permainan konstruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu.” Sejalan dengan pendapat Rokhmat, Rahmanelli (2007:24) menyebutkan, “Puzzle adalah permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh.” Sedangkan Adenan dalam Soedjatmiko (2008:9) menambahkan ”Puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-kotak, huruf-huruf atau angka-angka yang disusun seperti dalam sebuah permainan yang akhirnya membentuk sebuah pola tertentu sehingga membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk menyelesaikan Puzzle secara tepat dan cepat.
Puzzle salah satu media efektif yang dapat digunakan guru sebagai upaya meningkatkan penguasaan kosa kata siswanya karena Puzzle merupakan permainan huruf-huruf acak yang akan dijodohkan menjadi kosa kata yang benar sehingga membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk menyelesaikan Puzzle secara tepat dan cepat.
Disini penulis memodifikasi puzzle dalam bentuk lembaran buku yang setiap lembarannya dibagi 3 bagian. Bagian pertama (bagian atas) di isi dengan baris fattah, dhommah, fattahtain, dhomahtain, bagian kedua (bagian tengah) di isi dengan huruf-huruf hijaiyah dan bagian ketiga (bagian bawah) di isi dengan baris kasrah, dan kasrahtain. Kemudian dalam penggunaannya guru bisa misalnya membuka lembaran pertama huruf ba, untuk barisnya guru bisa membuka pilihan lembaran bagian atas atau bagian bawah yang bisa disesuaikan.
a)      Sasaran Usia/Tingkatan PAUD
Usia: 4-6 Tahun/TK A dan B

b)     Alat dan Bahan
Alat:
1.      Gunting
2.      Cutter/Pisau Lipat
3.      Pensil
4.      Penggaris

Bahan:
1.      Buku gambar
2.      Spidol warna-warni

c)      Cara Pembuatan Alat Permainan
1.      Sediakan buku gambar dan bagi menjadi 3 bagian untuk setiap lembarannya
2.      Kemudian tulislah pada bagian pertama (bagian atas) dengan baris fattah, dhommah, fattahtain, dhomahtain, bagian kedua (bagian tengah) dengan huruf-huruf hijaiyah dan bagian ketiga (bagian bawah) dengan baris kasrah, dan kasrahtain
d)     Bentuk Kegiatan/Langkah-Langkah
1.      Guru menggunakan media dan memberikan pertanyaan tentang bacaan huruf sesuai puzzle yang disusun guru
2.      Anak menjawab dan bertanya ketika tidak  mengerti

2)        Balok Iqro’ Pelangi

Deskripsi Media       
Balok Iqro’ pelangi merupakan modifikasi dari balok iqro’ kayu dan balok iqro’ ka’bah. Secara umum balok Iqro’ merupakan mainan kayu yang berfungsi untuk mengajarkan dan mengenalkan huruf hijaiyah.
Balok Iqro pelangi terdiri atas enam sisi dengan huruf dan tanda bacanya. Anak bisa diajak belajar dengan bermain seperti melempar dadu dan membaca huruf hijaiyah. Atau dengan cara menyusun setiap balok dan membuat kata bermakna. Mainan kayu edukatif ini memiliki ukuran 10 x 10 x 10 cm. Media ini juga menarik karena berwarna warni dan warnanya disesuaikan dengan harkatnya, sehingga dapat mempermudah anak belajar dan bermain menggunakan media tersebut.
Media Pembelajaran Balok Iqro’ ini mengajarkan anak huruf-huruf hijaiyah berharat fathah, kasrah dan dhammah. Selain itu media ini juga mengenalkan huruf hijaiyah bertanwin. Media pembelajaran ini dapat menjadi media tambahan dalam mengajrkan iqro’ kepada anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan dan belajar anak sesuai dengan sistematika buku iqro’.

a)      Sasaran Usia/Tingkatan PAUD
Usia: 4-6 Tahun/TK A dan B

b)     Alat dan Bahan
Alat:
5.      Gunting
6.      Cutter/Pisau Lipat
7.      Pensil
8.      Penggaris

Bahan:
3.      Kertas Manila
4.      Kertas Origami
5.      Spidol hitam
6.      Spidol warna-warni
7.      Double Tipe
8.      Lem kertas

c)      Cara Pembuatan Alat Permainan
3.      Buat balok kubus ukuran 10 x 10 cm dengan kertas manila. Seperti gambar berikut sehingga membentuk kubus 3 dimensi.


 


4.      Tuliskan atau tempel huruf hijaiyah warna-warni pada setiap sisi kubus, seperti huruf fathah, kasrah, dhammah, fathah tanwin, kasrah tanwin, dan dhammah tanwin sehingga anak memahami perbedaan dan klasifikasi setiap tanda harakat sesuai dengan warna huruf.
d)     Bentuk Kegiatan/Langkah-Langkah
3.      Guru dapat membagi anak menjadi kelompok dan individu.
4.      Jika  individu, setiap anak disediakan media iqro’ berupa balok iqro’.
5.      Guru menjelaskan setiap harakat pada huruf hijaiyah sebelum bermain dengan balok iqro’.
6.      Guru melakukan kegiatan belajar kata bermakna dengan cara anak melempar dua buah dadu Alif dan Ba sehingga dapat menjadi kata bermakna seperti: Ibu, Abi, Ubi, dsb.
7.      Anak diminta untuk menggabungkan kata-kata bermakna tersebut membentuk sebuah kalimat.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Metode Iqra’  adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Adapun buku panduan iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Prinsip-prinsip dasar metode Iqra'  terdiri dari lima  tingkatan pengenalan yaitu: Tariqat Asshautiyah (penguasaan atau pengenalan bunyi), Tariqat Adtadrij (pengenalan dari yang mudah pada yang sulit), Tariqat Biriyadhotil Athfal (pengenalan melalui latihan-latihan dimana lebih menekankan pada anak didik untuk aktif), Attawassuk Fi Maqosid La Fil Alat adalah pengajaran yang berorientsi pada tujuan bukan pada alat yang dipergunakan untuk menacapi tujuan itu. Yakni anak bisa membaca Al-qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kaidah tajwid yang ada, Tariqot Bimuraat Al Isti'dadi Wattabik adalah pengajaran yang yang harus memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi dan watak anak didik (Budiyanto, 1995:15). Pelaksanaan metode ini yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang benar dan santri menirukannya, santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/uztadzah dan demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk mengajarkan makhorijul huruf serta menhindari kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk melihat apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya.

B.     Saran
Hendaknya para guru memiliki kemampuan untuk memodifikasi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak  termasuk dalam pembelajaran  Al-Qur’an sehingga anak memahami konsep dan bekal untuk masa selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 1995. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Balai Penelitian Dan Pengembagan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ Nasional. Yogyakarta. Team Tadarrus
Humam, As’ad.  2000.  Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al Qur’an.  Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional
Munir, Ahmad & Sudarsono.1994. Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an. Jakarta:Rineka Cipta
Muhaimin, Dkk. 1996. Strategi belajar mengajar. Surabaya. CV. Citra Media Karya Anak Bangsa.
Miftahuljannah. 2012. https://miftahuljannah122.wordpress.com/2012/12/15/metode-iqro/, diakses pada tanggal 15 April 2015
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anaka Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an. Jakarta. Gema Insani.

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar